Monday, April 2, 2012

It's Hard to Realize that I Just Have 100 Days Left in France


Ini adalah cerita perjalananku dalam mengikuti program AFS, mulai dari denger kata ‘AFS’, sampai 100 hari terakhir di negara perantauanku . . .

Aku udah denger cerita tentang program ini sejak awal masuk SMA. Denger kabar Mbak Nadia ke Perancis, Mbak Oli ke Itali, dan Mbak Isna ke Amerika Serikat melalui sebuah program pertukaran pelajar bernama AFS.

Aku mulai search informasi-informasi tentang AFS. Liat posternya, visit blog nya, baca artikel-artikelnya, dan saat itu juga aku langsung download formulir pendaftaran program ini. Saat itu aku berimajinasi, suatu hari nanti aku bakal terbang ke negeri seberang dengan AFS. Aku juga ngebayangin liat mamah nangis di bandara waktu ngelepas kepergianku. Ya, itu adalah salah satu motivasiku mengikuti program ini.

Suatu sore sepulang sekolah, masih dengan berpakaian seragam abu-abu putih lengkap, kudaftarkan diriku di kantor sekretariat Bina Antarbudaya (AFS) Chapter Yogyakarta.

Minggu pagi, 9 Mei 2010, 628 anak usia SMA dengan mimpi luar biasa hadir untuk mengikuti seleksi tahap pertama di UMY. Dengan mengerjakan 100 butir soal pengetahuan umum, beberapa puluh butir soal Bahasa Inggris, dan sebuah perintah untuk menulis essay, menjadi langkah awal perjuangan kami.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu pengumuman hasil seleksi AFS tahap 1. Kami bisa mengakses hasil seleksi via blog AFS. Seperti ratusan anak lainnya, dengan rasa optimis, aku nyari nomorku diantara 150 nomor yang tertera dalam sebuah posting terbaru di blog itu. Alhamdulillah, keberuntungan berpihak padaku.Sambil senyum, aku liat nomor  035, nomor pendaftaranku.

150 peserta yang lolos tahap 1 dibagi jadi 2 shift untuk ngikutin seleksi tahap 2, tanggal 6 Juni 2010 di MMTC. Seleksi tahap 2 itu meliputi wawancara dalam Bahasa Inggris, dan wawancara kepribadian. Aku berangkat ke lokasi seleksi bareng Eringga Irfiana. Kita dapet giliran wawancara di shift 2. Sambil nunggu giliran, kita denger cerita dari kakak-kakak returnee AFS/YES/JENESYS tentang pengalaman luar biasa mereka. Keinginanku untuk keluar negeri makin kuat.
Akhirnya, namaku dipanggil. Diawali dengan wawancara Bahasa Inggris, dan diakhiri oleh wawancara kepribadian. Wawancara Bahasa Inggris berjalan dengan lancar. Aku justru ngerasa lebih tegang waktu duduk di depan 4 orang juri di wawancara kepribadian. Setelah sekitar 20 menit aku berhadapan dengan 4 orang hebat itu, aku keluar dari ruangan, berkeringet dingin. Aku mulai pesimis kalo aku bakal lolos di tahap kedua ini.

Sepesimis-pesimisnya aku waktu itu, tetap tertanam sebuah harapan, aku bakal nemuin nomor 035 di blog AFS 2 minggu setelah seleksi. Aku loncat-loncat kegirangan setelah nemuin nomor yang aku harapin pada urutan keenam di posting yang ditunggu-tunggu itu..

20 Juni 2010, seleksi tahap 3.
Aku berangkat ke lokasi seleksi bareng beberapa siswa lain yang lolos dari SMA 3. Ternyata ada sebuah kesalahan pada denah tempat seleksi yang kita liat di blog AFS. Alhasil, kita telat begitu sampe di Realia. Di sana, aku ketemu 59 anak lain dari seluruh Provinsi DIY, bahkan ada juga beberapa anak yang berasal dari Jawa Tengah.
Seleksi tahap 3 ini adalah dinamika kelompok, dan sebuah wawancara yang lebih mirip kayak press conference. Waktu nunggu giliran, seorang returnee bilang kalo siswa yang lolos tahap 3 ini akan ditelepon langsung oleh kakak volunteer.

Sudah 3 minggu berlalu sejak hari itu. Waktu itu aku sibuk banget karna jadi Pabhara di kepanitiaan MOP di sekolah. Aku sedikit melupakaan kenyataan bahwa belum ada satu pun kakak volunteer dari Bina Antarbudaya chapter Jogja yang nelepon aku. Aku pikir, mungkin emang hasil seleksi itu belum selesai direkap.
Waktu lagi lomba baris-berbaris untuk anak-anak kelas X yang merupakan salah satu rangkaian acara MOP, Azka nanya, "Res, kamu udah ditelepon AFS belum?"
            "Belum Az.. Kayaknya emang belum selesai direkap deh hasilnya. Kamu udah?"
            "Udah."
Habis Azka bilang gitu, aku langsung nangis di depan anak-anak kelas X5, kelas yang jadi tanggung jawabku dan Sadyapaka X5 lainnya. Anak-anak kelas X5 ngirain aku nangis karna takut mereka nggak bakal menangin lomba baris-berbaris itu. Wkwkwk padahal aku nangis karna aku belum ditelepon AFS.

Beberapa hari kemudian, Mbak Dhian ngundang aku ke rumahnya untuk farewell party. Yups, Mbak Dhian adalah anak Padmanaba 66 yang bakal berangkat taun 2010 ke USA. Waktu aku pamitan pulang, aku peluk Mbak Dhian. Aku nangis di pelukannya Mbak Dhian, minta doa biar aku bisa nyusulin Mbak Dhian, dan tetep lulus satu taun setelah dia. Aku inget banget Mbak Dhian bilang, "Semangat Resa. Resa pasti ditelepon kok. Ditunggu aja. Semangat semangat! Semoga Resa lolos, berangkat ke Jerman. Amin." -- (waktu itu aku pengen banget berangkat ke Jerman).

Besoknya, anak-anak Padmanaba 66 pada ngumpul rame-rame di lapangan tengah. Mereka pada bawa spanduk yang isinya ucapan selamat jalan buat Mbak Dhian, Mbak Wisna, Mbak Nisa, Mas Dinar, dan Mbak Janice. Waktu itu kelasku lagi mau pelajaran EC di tambun. Waktu aku liat mereka pada foto-foto gitu, aku nangis. Aku ngebayangin Padmanaba 67 juga bakal ngelakuin hal yang sama taun depan, ditujuin buat anak-anak Padmanaba yang bakal berangkat keluar. Dan aku lebih ngebayangin lagi, aku adalah salah satu anak diantara temen-temen yang bakal keluar itu.

Suatu hari waktu pulang sekolah, aku jalan lewat gerbang timur menuju ke parkiran. Di tempat parkir, aku ketemu Kak Icx, returnee AFS. Aku nyapa Kak Icx. Ternyata Kak Icx ke SMA 3 buat ngedaftarin Marven, anak AFS dari Jerman buat jadi host student di SMA 3. Aku akhirnya tanya Kak Icx, yang intinya adalah aku belum ditelepon-telepon sama AFS.
            “Bentar.. Siapa namamu?“ Kak Icx ngeluarin secarik kertas dari tasnya.
            “035 kak, itu nomerku.“
            “Bukan bukan.. Namamu..“
            “Resa Masela..“
            “Oooohh jadi kamu Resa Masela!“
-- DEG.
            “Aku tuh berkali-kali nelepon rumahmu tapi nggak bisa-bisa. Selamat ya nduk, kamu lolos tahap 3.“
            “Beneran nih kak?“
            “Iya..“
Aku langsung loncat-loncat, terus meluk Kak Icx. *udah kayak orang gila waktu itu

Alhamdulillah.. Aku akhirnya lolos tahap 3. Senengnya bukan main. Setelah itu, kami, 25 kandidat dari chapter Jogja cuma bisa mendoakan berkas kami yang akan dikirim dan diseleksi oleh AFS Nasional di Jakarta.

Lamaaa banget nunggu kabar dari nasional. Aku bahkan nggak tau, seandainya lolos nanti, bakal dikabarin lewat apa.

MID Semester 1 kelas XI.
Pagi itu, baru aja masuk ruang ujian, aku liat Santi lagi ngobrol sama Ayu. Santi tanya, "Cha, udah buka email belum?"
            "Belum San. Ada apa emangnya?"
            "Ada hasil nasional AFS. Cepet buka emailmu!"
            "Kamu udah buka, San?"
            "Udah."
            "Gimana?"
Dia cuma geleng-geleng kepala. Aku langsung buka email pake HP saat itu juga. Dan Alhamdulillah, aku nemuin sebuah email baru di inbox, yang berisi username dan password untuk log in AFS Participant Application :)

Besoknya, Santi sambil senyum-senyum cerita ke aku bahwa dia juga lolos tahap nasional. Email dari AFS ternyata masuk spam, dan dia nggak tau. Aku langsung meluk Santi waktu itu.

Pada suatu sore yang cuacanya nggak begitu baik saat itu alias hujan, kami ngumpul di kantor sekretariat AFS. Dari 628 pendaftar pada mulanya, ada 18 anak yang dateng di acara itu, sebagai kandidat nasional. 4 anak diantaranya adalah siswa SMA 3. Orang tua dari Santi, Azka, Reza Rizky, Reza Arkan, Lala, Astari, Lintang, Icha, Tama, Anin, Pandu, Desta, Ain, Ristam, Yusuf, Ayun, Galing, dan orangtuaku juga hadir dalam acara itu.
Setelah itu, kami mulai sibuk ngurus berkas dan aplikasi. Mulai dari imunisasi, nilai rapor, nulis letter to hostfamily, dan lain-lain. Sampailah kami pada deadline yang sudah ditentukan. Berkas dan online application yang sudah kami buat, dikirim ke Jakarta. Lagi-lagi, hanya doa dan kehendak Allah yang akan memperjuangkan berkas kami di tingkat internasional.

Satu persatu dari kami mulai dapet placement. Pandu ke Jepang, sedangkan Astari, Icha, Santi, Azka dan Lintang ke Amerika. Akhir April 2011 (antara tanggal 29 atau 30), aku dapet telepon dari Mbak Cisya, returnee AFS waktu lagi tidur siang. *penting ya detailnya?
            "Resa, kamu tau nggak siapa aja yang udah dapet kabar tentang placement dari nasional?"
            "Enggak mbak.. Udah ada yang dikabarin po dari Jogja?"
            "Iya.."
            "Aaaa siapa Mbak?"
            "Kamu. Selamat ya.."
            "HAH? Serius Mbak? Kemana?"
            "Kamu baca aja di suratnya. Pasti udah sampe kok."
            "Aaaa.. siapa lagi Mbak yang udah dapet negara?"
            "Belum tau, sejauh ini baru kamu yang udah ada kabarnya."
Aku langsung lari turun tangga, nyari surat yang dimaksud itu. Aku nemuin sebuah surat dengan logo Bina Antarbudaya di amplopnya. Aku baca surat itu, dan aku nemuin sebuah negara yang ditulis dengan format bold, Perancis.

Sejak saat itu, aku mulai ngurus bermacem-macem berkas untuk dikirim ke AFS Perancis dengan deadline yang sangat singkat. Padahal waktu itu aku lagi Ujian Semester 1. Aku juga sering share sama Lala, yang Alhamdulillah udah dapet host country, Jerman.

Tapi rasa bahagia kami nggak bener-bener sempurna. Kami dapet kabar kalo ada pemotongan kuota dari internasional dan berbagai alasan lainnya yang menyebabkan beberapa teman kami harus menerima kenyataan kalo mereka nggak bisa berangkat. Sakit itu nggak cuma dirasain oleh mereka, tapi kami juga. Selama ini kita udah sering bareng, jaga pendaftaran, jadi panitia untuk seleksi, dan sebagainya.. Meskipun hanya ada 8 anak yang jadi kandidat year program, dan 2 anak yang jadi kandidat short program, kita ber-18 tetep deket. Kita suka ngumpul, sepedaan bareng di Alkid, buber, dan lain-lain. We are still the Big-18, and I'm proud of us :)

Orientasi Chapter.
Orientasi ini diikuti oleh aku, Lala, Santi, Azka, Astari dan Lintang, yang bakal berangkat ke Eropa dan USA. Kita sering ngumpul untuk berbagi cerita tentang tugas-tugas yang harus kita selesein untuk orientasi, dan latihan untuk talent show. Kita ber-7 bener-bener deket.

Farewell Chapter.
Beberapa minggu sebelum orientasi nasional, chapter Jogja ngadain farewell yang diselenggarain di Fish Market. Sebelum waktunya untuk kami nunjukin talent show yang udah kami siapin berhari-hari, ditampilkanlah slide yang berisi foto kami, hostcountry, dan dilengkapi oleh quote. Aku bisa ngerasain mataku berair waktu itu.
Hap ! Inilah waktu kami untuk unjuk gigi. Drama komedi-musikal yang terinspirasi dari cerita Roro Jonggrang menjadi talent show kami. Di akhir talent show, sambil nyanyi, kami jalan berpencar di gedung itu, narik tangan temen-temen Big-18 yang hadir dan ngajak mereka ke stage. We wouldn’t be there, showing our talent show as candidates without them, the Big-18.




Orientasi dan Farewell Nasional.
Pada suatu hari di bulan Juli 2011, kami ngumpul di Bandara Adisucipto untuk berangkat ke Jakarta, menghadiri orientasi nasional. Temen-temen Padmanaba 67, kakak-kakak returnee, dan beberapa temen dari Big-18 ikut hadir di Adisucipto.



Sampailah kami di Wisma Handayani, Jakarta. Di sana, aku ketemu sama 91 anak-anak hebat dari seluruh Indonesia yang bakal berangkat ke Eropa dan USA sebagai duta pelajar Indonesia. Orientasi itu berlangsung selama 5 hari, dan diakhiri oleh talent show sebagai persembahan kami untuk orangtua, kakak volunteer, dan semua orang yang udah membantu kami sampai pada tahap ini. Setiap hari kami harus bangun pagi untuk ngikutin sesi yang dimulai jam 8, dan tidur larut malem, jam 3 pagi (Well, nggak tau ini namanya larut malem apa larut pagi --"). Di orientasi ini kami bener-bener dibekali banyak pelajaran untuk mempersiapkan keberangkatan kami.
5 hari orintasi di Wisma Handayani sudah kami lewati. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, Farewell Party! Drama komedi-musikal bertema Kirana Kalbu Khatulistiwa kami persembahkan untuk seluruh tamu undangan yang hadir. Setelah itu, satu persatu nama kami dipanggil untuk penyematan pin merah-putih dan garuda oleh orangtua masing-masing.




Hampir seluruh kandidat nangis, termasuk aku..







Beberapa hari sebelum keberangkatan, aku ngumpul sama anak-anak. Mereka ngasih aku scrapbook yang gedenyaaaa minta ampun buat kenang-kenangan :3 uuuuu unyu banget.. Dan di hari terakhirku di Jogja, Fano dateng ke rumah, ngasih scrapbook buatannya, dan kalung setengah hati yang bertuliskan namanya :)

Kamis, 1 September 2011.
Aku dan keluargaku kumpul di Soekarno-Hatta, bareng Kenzo dan keluarganya, dan beberapa kakak volunteer Bina Antarbudaya. Sampailah aku di suatu tahap, yaitu keberangkatan. Aku peluk keluargaku satu-satu, dan aku seneng, aku berhasil bikin mamah nangis di bandara. Seperti motivasiku dulu :)

2 September 2011, lebih dari 200 anak dari seluruh dunia sampai di Charles de Gaulle Airport, Paris. Kita ngejalanin arrival orientation selama 2 hari. Di hari terakhir, kami diajak keliling Paris naik bis, dan visit La Tour Eiffel. EIFFEL ! Nggak peduli deh orang mau bilang norak kek, apa kek.. tapi aku nggak munafik kalo aku emang seneng banget bisa liat Eiffel secara langsung.

Minggu, 4 September 2011, kita mulai mencar, dikirim ke host city masing-maisng. Dan di stasiun Angers Saint Laud, untuk pertama kalinya, aku ketemu host family ku, famille Le Roux. Alhamdulillah, aku dapet host family yang baaaiiiiik banget.. Aku tinggal sama Laurence (host mom), Antoine (host dad), Anaelle (host sist) dan Thibault (host bro). Tapi, Anaelle sekolah di Paris, dan Thibault lagi AFS di New Zealand. Jadi, di rumah biasanya aku cuma sama host mom dan host dad ku doang.. Aku tinggal di kota kecil bernama Champigné. Saking kecilnya, sampe-sampe untuk sekolah, aku harus ke Angers, kota yang lebih besar. Aku sekolah di Lycée Sacré-Coeur, di kelas Première Literature.
Minggu pertama di Perancis, aku sakit. Panas, pilek, batuk, sakit tenggorokan, bahkan sampe muntah-muntah. Aku menyebutnya sebagai adaptasi. Hihihi
Seminggu pertama di sekolah, aku kadang suka nangis pas pelajaran. Aku juga selalu nangis waktu nunggu bis habis pulang sekolah. Di hari terakhir sekolah pada minggu pertama (Jumat), aku nangis parah di kamar mandi. Ditambah lagi, aku lagi sakit waktu itu. Terus ada guru yang datengin aku, dan bilang, “Everything’s gonna be alright. I believe you can.”

Setelah 2 bulan di Perancis, seluruh anak-anak AFS di chapterku, chapter Maine, ngadain weekend bareng. Waktu itu, kita share tentang progress selama 2 bulan ini, interaksi dengan host family, temen-temen di sekolah, dan komunikasi dengan keluarga di negara masing-masing. Mereka semua pada nggak percaya aku belum pernah skype atau telepon sekalipun sama keluargaku sejak aku di Perancis. Tapi kakak returnee di sana malah pada salut gitu.. hahaha
Sepulang dari weekend AFS, sebenernya aku udah janjian mau skype sama keluarga. Tapi pas mau buka skype, aku malah nangis. Dan kebetulan, mamah sama papah juga ada acara. Akhirnya, aku nggak jadi skype.

Hari-hariku di sekolah makin membaik di bulan ketiga. Aku mulai nggak ngerasa kesepian. Dan di bulan ketiga, aku ketemu sama Bunga, anak Rotary dari Bandung yang ternyata hosted di Angers. Akhirnya, setelah 3.5 bulan aku di Perancis, aku skype sama keluarga di Indonesia untuk pertamakalinya. Dan aku nggak nangis.. hahaha

Aku mulai bener-bener have fun di sini setelah masuk bulan ke-5. Aku mulai paham seluruh conversation, bisa mulai bercanda dalam bahasa Perancis, kadang mimpi dalam bahasa Perancis, dan banyak hal lainnya. Thibault juga udah balik dari New Zealand. Jadi, aku ada temen di rumah..

Sekarang aku udah memasuki bulan ke-7. Dari 310 hari yang ada, aku udah ngelewatin 210 hari di negeri ini.
Aku ngerasa beruntung banget, bisa berangkat ke Perancis, jadi duta cilik Indonesia. Buat sebagian orang, mungkin ke luar negeri bukanlah hal yang besar. Tapi, buat aku, keluar negeri selama satu taun, tanpa keluarga atau temen-temen, ngelewatin seleksi yang lamanya mencapai kurang lebih 1.5 taun dan menyisihkan ribuan anak lainnya, adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Aku belajar banyak banget dari seluruh proses ini, mulai dari seleksi, sampai di hari ke-210 ku ini. Belajar sabar, belajar ngatasin homesick, belajar mandiri, belajar nyelesein masalah tanpa campur tangan keluarga atau temen, belajar untuk menerima culture negara lain yang jauh berbeda, belajar untuk jadi lebih dewasa, open minded, belajar bersosialisasi, dan banyak hal lainnya.
Beberapa hari yang lalu, aku nangis di bis, kayak sebulan pertama aku di Perancis. Tapi kali ini aku nangis bukan karna homesick. Aku nangis karna aku nggak pengen pulang. Well, yaa.. aku nggak munafik. Aku pengen pulang, liat keluargaku, temen-temenku, dan makan mie ayam (?). Tapi aku nggak pengen ninggalin keluarga, temen-temen, sekolah, dan semua yang aku punya di sini..

Dalam 100 hari, aku bakal ada di Charles de Gaulle Airport lagi.
Dalam 101 hari, aku bakal liat siluet matahari terbenam di lagit Jakarta.
Dan aku cuma punya 100 hari yang tersisa, untuk aku manfaatin sebaik-baiknya di Perancis.
Oh God, I’m really falling in love with a country called France.

11 comments:

Anonymous said...

I believe, someday you'll place your feet on Paris again.. believe it!

Unknown said...

aa kakak.. thanks for this inspiring story! aku nanda, peserta seleksi afs/yes chapter padang. Alhamdulillah udah lulus seleksi tahap 3 dan lagi nungguin hasil seleksi berkas tk. nasionalnya. doain ya kak ^^

Welcome into my world said...

Terharu banget baca cerita kak resa T.T aku barusan verivikasi kemaren, smoga smua berjalan dengan baik ..

Resa Masela said...

untuk
Oktafiani: hahaha Alhamdulillah, kalo cerita-cerita aku bisa menginspirasi orang :)
Pasti aku doain :) Semangat yaaa !
Selalu ada jalan kalo kita mau berusaha :D

My Blog: semangat berjuang yaa ! :D
Semoga segalanya berjalan dengan baik :)

Dhiandra Safira said...

Kak, seneng parah baca ceritanya. Keren banget kak! Aku daftar YP untuk tahun 14-15, seminggu yang lalu pengumuman seleksi tahap pertama dan aku lolos! Besok, 19 April 2013 aku seleksi tahap 2. Deg-degan paraaaaahhh. Semoga mimpi aku juga bisa terwujud kayak kakak, Amin O:)

ps: di application form waktu daftar aku milih Perancis di negara pertama untuk benua Eropa loh! Aku pengen bgt ke Prancis kak :D

Wish me luck!
-Dhira

Isma Janners said...

kak, kebetulan nih aku juga ikut seleksi ini. ohya, mau tanya... ttg program AFS ini, kakak dulu juga membayar separuhnya atau gimana kak? saya masih bingung ttg pembayaran di program AFS. terima kasih :)

Unknown said...

Hi, kak Resa..
Aku juga kebetulan ikut program AFS ini.
dan alhamdulillah setelah nunggu 4 bulan yg mendebarkan, minggu ini pengumuman dari nasional udah nyampe.
dan aku lolos ^_^
ada beberapa pertanyaan sih kak sebenernya yang mau aku tanyain ke kakak,
boleh minta e-mailnya kak?
i'm waitin on ya !
btw, cerita yang sangat menginspirasi

Unknown said...

kak, cerita menginspirasi bgt, bkin terharu juga :')
mohon do'a nya ya kak, biar aku bisa kaya kkak :') Amin..
sukses selalu kak :)

Unknown said...

kak, cerita ny menginspirasi bgt, bkin terharu juga :')
mohon do'a ny ya kak, biar bisa kaya kkak :')
Sukses selalu kak :)

Resa Masela said...

Terimakasih Nabila dan Larasati :)
Untuk Nabila, ini alamat email aku: maselaresa@gmail.com

Unknown said...

Selamat ya, saya dari dulu punya keinginan ke luar negeri tapi belum kesampaian juga. Ceritamu menginspirasi :-)
Salam kenal, Akhy.